Prestisa.com – Kue legendaris yang identik dengan perayaan tahun baru Imlek adalah kue keranjang. Seakan, tak ada Imlek tanpa kue keranjang yang penuh makna.
Nama yang unik. Bentuk sederhana. Tekstur yang kenyal, lengket dan rasa manis sudah tentu menjadikan panganan ini sangat ikonik.
Namun, di balik kesederhanaan itu semua, kue yang mirip dengan dodol ini menyimpan sejumlah makna yang luhur bagi mereka yang merayakan Imlek.
Selain nama populer kue keranjang, sebagian dari kita menyebut kue ini dengan nama kue bakul. Pengguna dialek Hokkian menamakan kue ini Ti Kwe. Ada pula yang menyebutnya Nian Gao.
Nama “kue keranjang” tentu berasal dari wadah cetak yang berbentuk keranjang. Bahan baku utamanya sungguh minimalis alias sederhana. Hanya tepung ketan dan gula.
Bagi mereka yang merayakan Imlek, kue keranjang biasanya menjadi bagian dari sesaji pada upacara sembahyang kepada leluhur. Ritual ini dilakukan pada tujuh hari sebelum Imlek dan malam pergantian tahun.
***
Manusia memang gemar menyimbolkan sesuatu, entah berupa nama, barang atau tindakan. Kue keranjang juga tak luput dari hal ini.
Nama Nian Gao terdiri dari dua kata, yaitu Nian yang berarti “tahun” dan Gao yang berarti “kue”. Pengucapan kata Gao terdengar seperti kata “tinggi”. Dengan kemiripan dua kata itu, kue keranjang akan disusun secara bertingkat hingga tinggi. Layaknya sebuah piramida, bagian bawah berbeda dengan bagian atas yang semakin mengecil susunannya. Hal ini bermakna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada bagian pucuk susunan kue keranjang ini akan terdapat kue keranjang berwarna merah. Hal ini menjadi simbol kehidupan manis yang kian menjulang ke atas dan merekah seperti kue keranjang.
Bentuk kue yang melingkar mengandung arti sekaligus harapan bahwa keluarga yang merayakan Imlek akan terus rukun, bersatu untuk menghadapi tahun yang baru.
Urusan menyantap kue keranjang ini juga tak luput dari pemaknaan. Konon, di daratan Tiongkok sana, ada kebiasaan menyantap kue ini terlebih dahulu sebelum memakan nasi. Cara makan ini merupakan ungkapan dari harapan bahwa kita akan selalu beruntung dalam pekerjaan sepanjang tahun.
Tekstur kue yang kenyal, lengket menjadi simbol kegigihan, keuletan, daya juang dan pantang menyerah dalam perjuangan hidup.
Untuk menghasilkan kue yang sederhana, baik dari segi bahan baku, bentuk dan teksturnya, si pembuat kue harus mengolah semua bahan hingga 12 jam. Waktu memasak yang sedemikian lama ini melambangkan rasa kesabaran, keteguhan hati dalam menjalani proses kehidupan hingga mencapai hasil optimal. Perjalanan hidup yang penuh perjuangan ini harus dijalani dengan pikiran yang bersih, konsentrasi dan fokus.
Tanpa itu semua dalam proses pembuatan kue keranjang, niscaya hasil akhir proses memasak kue tidak akan sesuai dengan harapan. Bukan kue keranjang yang bertekstur kenyal, lengket, berwarna coklat gelap dan manis. Namun bisa jadi teksturnya lebih lembek dan berwarna pucat.
Dengan makna yang mendalam itu, kue keranjang sungguh sangat penting dalam perayaan Imlek.
Bersama Prestisa, perayaan Imlek di keluarga Anda akan lebih lengkap dengan hampers cantik, parcel Imlek berisi kue keranjang. Di Prestisa, Anda bisa custom isi parcel Imlek sesuai keinginan Anda.*** (TP)
Sumber: Wikipedia, Kompas.com, National Geographic Indonesia.
Foto: Prestisa.