Prestisa.com – “Aku sangat terkejut! Ketika aku melihat bahwa setiap orang yang mendapatkan buket bunga meresponnya dengan senyum Duchenne, aku berpikir, tidak! Ini tidak mungkin terjadi.”
Kalimat ini terlontar dari Jeannette Haviland-Jones, seorang profesor psikologi yang bekerja di Universitas Negeri New Jersey, Amerika Serikat, dalam wawancara dengan Rutgers Magazine.
Melalui penelitian yang dilakukannya bersama sang suami, Terry McGuire, seorang profesor genetik di universitas yang sama, Jeannette menemukan sesuatu yang menarik antara buket bunga dengan senyuman bahagia yang kerap disebut senyum Duchenne.
Ketika ditanya perihal hal apa dari bunga yang membuat kita bahagia, Jeannete melihat ada beberapa kemungkinan. Bunga memiliki aroma yang menarik bagi manusia. Kemungkinan lain adalah warna, bentuk simetris dan pola bunga.
Temuan riset kedua peneliti ini sangat menarik karena, menurut Jeannette, dalam sebuah laboratorium emosi, anda tidak akan pernah mendapatkan 100 persen tanggapan kecuali anda melemparkan seekor ular kepada seseorang. Hasilnya, tentu saja 100 persen ketakutan.
Pada tahun 2005, Jeannette dan Terry mengadakan beberapa kali kencan buta bagi para relawan yang berpartisipasi dalam riset tahap pertama. Tim riset Jeannette menunjukkan salah satu dari tiga barang pemberian, yaitu sebuah lilin dekoratif, sekeranjang buah dan sebuah buket bunga. Ketiga barang ini sebagai ucapan terima kasih kepada para partisipan karena telah ambil bagian dalam riset tentang suasana hati (mood).
Para pengirim barang mengukur ekspresi wajah para penerima barang tersebut sebagai bentuk tanggapan atas pemberian barang. Kemudian, reaksi mereka dianalisa dan dikodekan oleh Jeannete di Laboratorium Emosi Manusia di Rutgers.
Ia menemukan, di setiap kasus pemberian barang, para penerima menanggapi rangkaian bunga tersebut dengan senyum Duchenne, sebuah tipikal senyum sesungguhnya yang melibatkan mulut, pipi dan mata. Tiga hari setelah menerima rangkaian bunga, mereka masih merasakan kebahagiaan.
Hasil riset inilah yang melandasi kepercayaan Prestisa bahwa bunga mampu mempengaruhi suasana hati setiap orang. Jeannette sudah melakukannya. Ia membagikan bunga dahlia kepada siapapun yang ia temui di kantornya setelah memanen bunga dahlia yang ia tanam sendiri. Dengan berbagi bunga itu, ia menuai begitu banyak senyum Duchenne. Bukan senyum Mona Lisa yang tersimpan di museum Loevre, Paris.*** (TP)
Sumber: Rutgers Magazine dan berbagai sumber
Foto: Unsplash dan Rutgerz Magazine